Senin, 27 November 2017

Sejarah Angkringan

Di tengah geliat modernisasi kota, Yogyakarta tak pernah sepenuhnya kehilangan kebersahajaannya.  Bertumbuhnya pusat-pusat hiburan dan kuliner baru yang dikemas secara modern tak lantas membuat orang meninggalkan romantisme nuansa tradisional khas Kota Pelajar ini. Eksistensi warung-warung tradisional semacam Angkringan tetap terpelihara, tidak hanya sebagai tempat melepas lapar dan dahaga, tapi juga sebagai sarana interaksi sosial yang menyenangkan. Tak ada sekat sosial disana.

Orang dari berbagai profesi, suku, agama bisa bebas mengobrol tentang apapun, dari hal remeh temeh sampai isu politik paling mutakhir, dalam suasana santai penuh keakraban. Angkringan sendiri berasal dari kata “Angkring”, yang artinya kurang lebih “duduk santai”. Warung yang dulunya hanya identik dengan masyarakat lapisan bawah kini telah menjelma  menjadi oase bagi segala manusia dengan berbagai latar belakang, untuk sejenak melarikan diri dari rutinitas hidup yang penuh tekanan dan tak jarang menjemukan.

Angkringan seolah sudah menjadi ikon Yogyakarta, meskipun di Solo kita juga akan banyak menemukan warung serupa dengan sebutan Wedangan atau HIK (Hidangan Istimewa Kampung). Namun tidak banyak yang tahu bahwa yang memulai usaha Angkringan di Yogyakarta justru seorang pendatang dari Klaten. Pada tahun 1950-an, Mbah Pairo yang asli Cawas, Klaten mengadu nasib ke Yogyakarta karena situasi di kampung halaman saat itu kurang bisa diandalkan untuk menyambung hidup. Mbah Pairo pun mulai berdagang aneka makanan kecil dan minuman dengan menggunakan pikulan di sekitar Stasiun Tugu.


Saat itu Angkringan lebih dikenal dengan sebutan “ting-ting hik”, diambil dari suara teriakan si penjual ketika menjajakan dagangannya. Sebutan HIK inilah yang masih populer digunakan di Solo hingga sekarang. Di sekitar tahun 1969, Mbah Pairo lantas mewariskan usaha Angkringan ini pada putranya, Lik Man. Setelah sempat beberapa kali berpindah tempat, Angkringan yang dikelola Lik Man akhirnya mendapat lokasi tetap di jalan kecil samping Stasiun Tugu. Angkringan Lik Man masih bertahan hingga saat ini dan lebih dikenal dengan produk minuman uniknya, yakni Kopi Joss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar